Warga Kelurahan Bendul Merisi Resah
WONOCOLO - Cap hitam terhadap sebagian wilayah Kelurahan Bendul Merisi sudah meresahkan warga setempat. Ditambah lagi, penghargaan atas prestasi anak-anak mereka di sekolah seperti tak mampu mengharumkan nama kelurahan tersebut. Sebab, sekolah anak-anak di kelurahan itu masih bernama SDN Margorejo III dan IV, bukan SDN Bendul Merisi.
WONOCOLO - Cap hitam terhadap sebagian wilayah Kelurahan Bendul Merisi sudah meresahkan warga setempat. Ditambah lagi, penghargaan atas prestasi anak-anak mereka di sekolah seperti tak mampu mengharumkan nama kelurahan tersebut. Sebab, sekolah anak-anak di kelurahan itu masih bernama SDN Margorejo III dan IV, bukan SDN Bendul Merisi.
Sejarah SDN Margorejo III dan IV berdiri di kawasan Kelurahan Bendul Merisi dimulai pada 1997. Waktu itu dua SD tersebut bertempat di SDN kompleks di Kelurahan Margorejo. Lahan itu sekarang ditempati Giant. Gedungnya lalu dipindahkan ke dalam satu lahan di Jalan Bendul Merisi Besar 82.
Sudah lebih dari satu dasawarsa berlalu, tidak ada tanda-tanda perubahan nama. "Setiap prestasi anak-anak di dua sekolah itu selalu mengharumkan nama (Kelurahan) Margorejo," ucap Ketua RW VIII Kelurahan Bendul Merisi Zainal Abidin.
Dia mencontohkan, SDN Margorejo IV menduduki peringkat ketiga lomba kreativitas bidang senam sehat bangsaku (SSB) tingkat Jawa Timur. SDN Margorejo III tahun ini menempati urutan ketiga tertinggi se-Kecamatan Wonocolo. SDN Margorejo III juga menduduki urutan ke-38 di antara 490 SDN se-Surabaya.
Menurut Zainal, nama harum itu penting bagi Kelurahan Bendul Merisi. Selama ini, kata pria 50 tahun tersebut, sebagian Kelurahan Bendul Merisi dicap sebagai kawasan hitam. Yaitu sering dianggap sebagai lumbung persembunyian penjahat. Bendul Merisi juga dipandang sebelah mata karena salah satu wilayahnya bermasalah dalam status kependudukan. Wilayah itu adalah Bendul Merisi Jaya yang sampai saat ini statusnya belum diakui Pemkot Surabaya.
"Buktinya, nama RW-nya masih disebut RW 00 dan RT 00," ungkap Zainal. Dia menyatakan, warga kelurahan tersebut ingin prestasi yang dicapai anak-anak Bendul Merisi juga atas nama Bendul Merisi, bukan atas nama Margorejo.
Pada 2009 warga melayangkan protes untuk kali kedua melalui musyawarah rencana pembangunan (musrenbang). Dalam protes kedua itu, seluruh ketua RW di Bendul Merisi kompak mengajukan tuntutan agar nama SDN Margorejo III dan IV diubah jadi SDN Bendul Merisi. Sikap tersebut tertuang dalam tanda tangan bersama. Namun, hingga kini belum ada jawaban. "Kami sangat kecewa dengan ini," cetus Zainal.
Wakil Ketua Komisi C (Pembangunan) DPRD Surabaya Simon Lekatompessy mengatakan, semestinya nama sekolah harus sesuai dengan lokasi berdirinya. Anggota dewan yang maju dari daerah pemilihan Surabaya Selatan itu menambahkan, jika protes murni dari warga Bendul Merisi, dirinya akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Surabaya. "Mudah-mudahan segera ada perubahan," tutur Simon.
Dia menerangkan, jika tuntutan mereka tidak juga ditanggapi, warga bisa melayangkan salinan surat ke komisi C. DPRD akan mempelajarinya. Dia berpendapat bahwa mengubah nama bukanlah hal sulit. Apalagi, selama ini pemkot juga sering memerger sekolah. "Mengubah nama kami kira lebih mudah daripada menggabungkan dua sekolah," ucap politikus asal Partai Damai Sejahtera itu.
Apalah Arti Sebuah Nama
Kepala SDN Margorejo III H M. Fadholi mengatakan sudah mendengar protes warga tersebut. "Kalau menurut saya, apalah arti sebuah nama," ucap dia.
Menurut perhitungannya, setiap tahun pendaftaran siswa baru memang didominasi siswa yang berdomisili di Bendul Merisi. Di antara total 400 siswanya, tidak sampai 10 persen anak dari Margorejo.
Fadholi menyatakan tidak mempersoalkan protes tersebut. Namun, sebagai kepala sekolah, dirinya tidak punya kewenangan sejauh itu. Kepala sekolah hanya bertugas menjalankan program pendidikan. "Silakan mengajukan keberatan," jelasnya. (Sumber: Jawa Pos online/wan/c9/roz)
Sudah lebih dari satu dasawarsa berlalu, tidak ada tanda-tanda perubahan nama. "Setiap prestasi anak-anak di dua sekolah itu selalu mengharumkan nama (Kelurahan) Margorejo," ucap Ketua RW VIII Kelurahan Bendul Merisi Zainal Abidin.
Dia mencontohkan, SDN Margorejo IV menduduki peringkat ketiga lomba kreativitas bidang senam sehat bangsaku (SSB) tingkat Jawa Timur. SDN Margorejo III tahun ini menempati urutan ketiga tertinggi se-Kecamatan Wonocolo. SDN Margorejo III juga menduduki urutan ke-38 di antara 490 SDN se-Surabaya.
Menurut Zainal, nama harum itu penting bagi Kelurahan Bendul Merisi. Selama ini, kata pria 50 tahun tersebut, sebagian Kelurahan Bendul Merisi dicap sebagai kawasan hitam. Yaitu sering dianggap sebagai lumbung persembunyian penjahat. Bendul Merisi juga dipandang sebelah mata karena salah satu wilayahnya bermasalah dalam status kependudukan. Wilayah itu adalah Bendul Merisi Jaya yang sampai saat ini statusnya belum diakui Pemkot Surabaya.
"Buktinya, nama RW-nya masih disebut RW 00 dan RT 00," ungkap Zainal. Dia menyatakan, warga kelurahan tersebut ingin prestasi yang dicapai anak-anak Bendul Merisi juga atas nama Bendul Merisi, bukan atas nama Margorejo.
Pada 2009 warga melayangkan protes untuk kali kedua melalui musyawarah rencana pembangunan (musrenbang). Dalam protes kedua itu, seluruh ketua RW di Bendul Merisi kompak mengajukan tuntutan agar nama SDN Margorejo III dan IV diubah jadi SDN Bendul Merisi. Sikap tersebut tertuang dalam tanda tangan bersama. Namun, hingga kini belum ada jawaban. "Kami sangat kecewa dengan ini," cetus Zainal.
Wakil Ketua Komisi C (Pembangunan) DPRD Surabaya Simon Lekatompessy mengatakan, semestinya nama sekolah harus sesuai dengan lokasi berdirinya. Anggota dewan yang maju dari daerah pemilihan Surabaya Selatan itu menambahkan, jika protes murni dari warga Bendul Merisi, dirinya akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Surabaya. "Mudah-mudahan segera ada perubahan," tutur Simon.
Dia menerangkan, jika tuntutan mereka tidak juga ditanggapi, warga bisa melayangkan salinan surat ke komisi C. DPRD akan mempelajarinya. Dia berpendapat bahwa mengubah nama bukanlah hal sulit. Apalagi, selama ini pemkot juga sering memerger sekolah. "Mengubah nama kami kira lebih mudah daripada menggabungkan dua sekolah," ucap politikus asal Partai Damai Sejahtera itu.
Apalah Arti Sebuah Nama
Kepala SDN Margorejo III H M. Fadholi mengatakan sudah mendengar protes warga tersebut. "Kalau menurut saya, apalah arti sebuah nama," ucap dia.
Menurut perhitungannya, setiap tahun pendaftaran siswa baru memang didominasi siswa yang berdomisili di Bendul Merisi. Di antara total 400 siswanya, tidak sampai 10 persen anak dari Margorejo.
Fadholi menyatakan tidak mempersoalkan protes tersebut. Namun, sebagai kepala sekolah, dirinya tidak punya kewenangan sejauh itu. Kepala sekolah hanya bertugas menjalankan program pendidikan. "Silakan mengajukan keberatan," jelasnya. (Sumber: Jawa Pos online/wan/c9/roz)
Tidak ada komentar:
Write komentarBerikan komentar anda mengenai artikel ini: